30 Agu 2009

Dunia Kampus, Dunianya Kita-kita

Memasuki dunia kampus terasa sangat membanggakan bagi mereka yang baru pertama menginjakkan kakinya. Dunia kampus yang notabene idealis banyak memiliki perbedaan dengan dunia sekolah. Pola belajar sudah tentu berbeda. Ada perubahan dari sistem keteraturan menjadi kurang beraturnya jadwal belajar. Selain itu, kampus merupakan tempat berbaurnya berbagai ideologi, dari yang agamis hingga yang atheis, dari yang nasionalis hingga yang apatis, dari yang kiri totok sampai yang kanan mentok ada semua di sini. Adanya keberagaman ideologi ini mengakibatkan pergaulan yang luas. Tak ada batas-batas pemisah kecuali bagi mereka yang membuatnya. Tak adanya batas pemisah ini dapat mengakibatkan pergaulan yang bebas. Karena itu, baiknya kita memiliki batas pemisah itu agar tidak ‘kebablasan’. Tanpa perlu dibuat, batas itu sudah ada dengan sendirinya, itulah yang disebut agama, dan kita cukup menerapkannya saja dalam kehidupan sehari-hari. Kembali lagi ke bagian ideologi, adanya ideologi yang beragam tak dapat kita nafikan bahwa kampus-lah miniatur Negara ini. Semua kalangan berbaur menjadi satu di kampus. Semua, semua agama, suku, dan semuanya. Karena itu, kita butuh mengenal tempat kita tumbuh dan berkembang sekarang, kampus.

Dunia kampus juga menyimpan selaksa makna bagi penghuninya. Tak dapat kita ingkari, dari kampus, kita mendapatkan teman-teman baru dan tentunya kita akan bergaul dengan mereka, tertawa dengan mereka, ujian dengan mereka, bahkan kalau bisa pun lulus dengan mereka. Karena itu, kita juga dituntut untuk mampu memilah dan memilih teman yang baik, teman yang mampu membawa kita pada kebaikan agar kita tak terjerumus. Melalui teman yang baik, keadaan kita akan kondusif sehingga sistem keamanan tubuh (imun) kita kebal terhadap pengaruh-pengaruh buruk.

Lalu, kita pun butuh tameng yang kuat untuk menahan pengaruh-pengaruh buruk itu. Niat itu ada di dalam hati, terkadang niat terkotori dengan hal-hal yang tak dinyana. Karena itu, kita harus tetap menjaga dan meluruskan niat kita. Tak lupa pula untuk bersyukur pada Allah dalam kondisi serta keadaan bagaimanapun. Serta berkomitmen dalam menjalani kuliah ini. Komitmen itu berarti konsisten, persisten (teguh dan dinamis), dan resisten. Dan yang terakhir tetaplah optimis menjalani hidup ini karena sesungguhnya bersama kesukaran (pasti) ada kemudahan.

“kejarlah dunia sekan-akan kamu akan hidup seribu tahun lagi, dan peganglah akhirat seakan-akan kamu akan mati esok”

*asri nur chiquita, matematika-fmipa ui, 2008*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar